![]() |
Gambar 3.1. kuli panggul Pasar Tanah Abang |
Beberapa waktu yang lalu saya dengan teman – teman kuliah datang
ke Pasar Tanah Abang untuk tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar. Saat saya
datang ke Pasar Tanah Abang saya sempat mewancarai beberapa kuli panggul Pasar
Tanah Abang yang sedang beristirahat. Salah satunya adalah Pak Maman ia seorang
kuli panggul Pasar Tanah Abang. Kemudian saya bertanya mengenai perkerjaannya
sebagai kuli panggul di Pasar Tanah Abang. Dia bercerita sebelum menjadi kuli
panggul dia berkerja sebagai petani dikampung. Awalnya dia tertarik bekerja di
kota dari temannya yang bekerja di kota. Kemudian dia memutuskan untuk mencari
pekerjaan lain di kota, menurut dia bekerja di kota lebih menjanjikan akan
penghasilan ekonomi yang lebih besar. Dia pun bekerja di kota diajak oleh
temannya, sebagai kuli bangunan.
Tidak lama bekerja
sebagai kuli bangunan dia memilih mencari pekerjaan lainnya. Dan dia memilih
pekerjaan sebagai kuli panggul di Pasar Tanah Abang sampai sekarang. Menurut
dia penghasilan yang diterima olehnya tidak menentu, terkadang lebih dari lima
puluh ribu sampai tiga puluh ribu jika sepi tidak ada pedagang yang memakai
jasanya. Saat ini dia mengaku penghasilannya berkurang ketika diberlakukannya
jasa kuli panggul resmi Pasar Tanah Abang. Dia tidak mampu menjadi kuli panggul
resmi karena untuk menjadi kuli resmi, dia harus menjadi anggota dan harus
membayar sejumlah uang kepada ketua anggota kuli panggul Pasar Tanah Abang.
Sehingga para pedagang lebih memilih kuli panggul resmi dibanding kuli panggul
bukan resmi, karena kuli panggul resmi sudah terorganisasi. Dia pun hanya
menghandalkan permintaan pengiriman barang pada pedagang yang sudah menjadi
langganan setiap hari dan pedagang yang mempercayai kepada dia. Saya pun
bertanya kepada Pak Maman, berapa berat barang yang bapak panggul tiap harinya?
Menurut dia, mungkin ratusan kilogram berat barang yang di panggulnya. Berat
barang yang saya panggul tidaklah menjadi masalah, karena bagi saya yang
terpenting adalah kebutuhan sehari – hari keluarga saya tercukupi.
”tutur Pak Maman”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar