![]() |
Gambar 2.1. Daerah Tanah Abang tempo dulu |
Ada
dua pendapat mengenai asal mula daerah Tanah Abang yaitu, yang pertama Daerah
Tanah Abang dahulunya adalah daerah rawa-rawa, asal mula nama Tanah Abang
berawal dari peperangan antara tentara Mataram dengan pasukan VOC yang
memperebutkan kota Batavia pada tahun 1628. Pada saat itu tentara Mataram,
seperti dituliskan dalam sejarah, tidak hanya melancarkan serangan dari arah
lautan, namun juga mengepung kota dari arah selatan. Tentara Mataram
menggunakan Tanah Abang sebagai pangkalan karena kontur daerahnya yang
berbukit-bukit. Karena tanahnya yang merah, maka mereka menyebutnya
"tanah abang" yang dalam bahasa Jawa berarti tanah merah.
Pendapat
yang kedua Kedua, adanya pendapat yang mengartikan Tanah Abang dari kata
"abang dan adik", yaitu dua orang bersaudara kakak
dan adik. Karena adiknya tidak mempunyai rumah, ia minta kepada
abangnya untuk mendirikan rumah. Tanah yang ditempati disebut tanah
abang. Nama Tanah Abang mulai dikenal ketika seorang kapten Cina
bernama Phoa Bhingam minta izin kepada Pemerintah Belanda untuk
membuat sebuah terusan pada tahun 1648. Penggalian terusan dimulai
dari arah selatan sampai dekat hutan kemudian dipecah menjadi dua
bagian, daerah timur sampai ke Kali Ciliwung dan ke arah Barat sampai
Kali Krukut. Terusan ini bernama Molenvliet dan berfungsi sebagai
sarana transportasi untuk mengangkut hasil bumi dengan menggunakan
perahu ke arah selatan sampai dekat hutan.
AdanyaMolenvliet memperlancar hubungan dan perkembangan daerah kota
ke selatan. Bahkan jalan-jalan yang berada di sebelah kiri dan kanan
terusan itu merupakan urat nadi yang menghubungkan Lapangan Banteng,
Merdeka, Tanah Abang, dan Jakarta Kota.
Daerah
selatan kemudian muncul menjadi daerah perkebunan yang
diusahakan oleh tuan tanah orang Belanda dan Cina. Jenis perkebunan
yang diusahakan antara lain kebun kacang (minyak kacang
merupakan bahan komoditi yang laris), kebun jahe, kebun melati, kebun
sirih, dan lainnya yang kemudian menjadi nama wilayah
sampai sekarang. Karena melimpahnya hasil-hasil perkebunan di daerah
tersebut mendorong Justinus Vinek untuk mengajukan
permohonan mendirikan sebuah pasar di daerah Tanah Abang dan Senen.
Setelah mendapat izin dari Gubernur Jenderal Abraham Patras pada
tanggal 30 Agustus 1735, Vinck membangun dua pasar, yaitu Pasar
Tanah Abang dan Pasar Senen. Peranan Kali Krukut pun makin penting
sebagai tempat berlabuhnya perahu yang memuat barang-barang yang akan
djual ke Pasar Tanah Abang. Selain digunakan sebagai sarana transportasi,
Kali Krukut juga digunakan untuk keperluan sehari-sehari penduduk.
Untuk menjaga kebersihan dan mencegah banjir, Pemerintah Belanda
membuat pintu airpada tahun 1917. Di bawah kekuasaan penjajah
penduduk Tanah Abang juga tidak tinggal diam. Pernah terjadi
pertempuran antara pasukan Belanda dengan penduduk daerah Tanah Abang
di Kampung Karet dekat kuburan. Waktu itu Belanda mencoba menduduki
kantor cabang polisi supaya Tanah Abang terputus hubungannya dengan
daerah-daerah lain.
Wilayah
Tanah Abang meliputi Kelurahan Kampung Bali, Kebon Kacang, dan Kebon
Melati. Tetapi yang menjadi inti Kampung Tanah Abang adalah di
sekeliling Pasar Tanah Abang. Asal mula nama Kampung Bali berawal
dari banyaknya orang Bali yang tinggal di sana. Pada waktu itu
pemerintah Belanda memberikan pangkat kapten kepada kepala kelompok
suku-suku bangsa yang ada di Batavia. Sehingga muncul nama Kampung
Bali, Kampung Bugis, Kampung Melayu, Kampung Ambon, Kampung
Cina, dll. Bahkan menjelang akhir abad ke-19 banyak orang Arab yang
menghuni wilayah ini. Di tahun 1920 jumlahnya mencapai 13.000 jiwa.
Untuk memenuhi kesukaan orang-orang Arab makan daging kambing, Pasar
Tanah Abang pun makin ramai melayani keperluan kambing. Ada juga
suatu daerah yang disebut Kombongan. Dulu tempat ini
dipakai kusir saldo dan delman untuk beristirahat sambil memberi
makan kudanya. Makanan kuda itu diletakkan di sebuat tempat
yang disebut kombongan, yaitu alat (wadah) yang bentuknya bulat,
terbuat dari batu dan semen. Tidak jauh dari
pangkalan-pangkalan saldo dan delman, terbentang perkebunan pohon
jati yang luas. Penduduk di sekitarnya menyebut daerah itu Jatibaru. Nama
Kebun Dalam berasal dari sebuah kebun milik tuan tanah Cina, Tan Hu
Teng yang agak menjorok ke dalam. Nama Tanah Rendah, karena tanahnya
agak rendah dan letaknya berdekatan dengan Kali Krukut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar